Bu…
Gak perlu cantik untuk menjadi idola bagi mereka. Krn pasti kamu tercantik bagi mereka. Meski sudah pudar pesonamu, keriput dan bekas-bekas jerawat.
Gak perlu berkarya aneka rupa, masakanmu udah jadi karya terbaikmu versi mereka apapun rasanya. Walau cuma telur ceplok dan telur dadar kadang keasinan kadang hambar. Tapi ngangenin, biar mereka ingin segera pulang saat homesick di perantauan.
Gak perlu memikirkan outfit di hadapan mereka, kamu dengan baju rumahannu bener-bener bikin nyaman dan kangen mereka. Gak perlu mahkota dan gaun, cukup daster dan jepitan/kuciran kamu tetap ratu di hati mereka.
Gak perlu jadi sosok anggun, penuh pesona dan lembut. Bahkan gaya marah-marahmu dan rentetan omelanmu kadang mereka rindukan. Namun diam-diam mereka sedih tidak membuatmu tersenyum.
Bahkan, begitu dalam cinta mereka hingga rela memelukmu, mengikutimu kemana saja, walau kamu belum mandi seharian!
Pak…
Gak perlu bergaya maskulin, gak perlu nge-gym supaya sixpack. Kamu tuh lelaki terkeren bagi mereka walau kenyatannya perut bundar dan gaya ketinggalan zaman.
Gak perlu kerja di tempat bonafit. Bagi mereka, kamu adalah lelaki paling profesional dengan tanggung jawab dan kegigihanmu mengayomi anggota keluargamu.
Gak perlu banyak bicara, sepatah dua patah kata saja mereka dengar baik-baik dan selalu mereka ingat sepanjang usia. Petuah Bapak terpatri di sanubari.
Gak perlu membelikan banyak barang bagi mereka. Sebenarnya hanya hal sederhana yang mereka nantikan, yaitu waktu luang untuk bermain, belajar, bicara, tertawa bersama.
Bahkan saking rindunya mereka padamu, saat kamu pulang kantor dan mengetuk pintu rumah perlahan, mereka langsung berhamburan menyambutmu. Berteriak, tertawa, bergelayutan padamu. Tak peduli bau keringat, bau asap kendaraan yang menempel pada badanmu.
Cinta mereka padamu tanpa syarat.
Anehnya, justru kita yang membuat syaratnya dan membuat susahnya.
“Kalau sayang sama Ibu, kamu harus masuk sekolah XXX”
“Kalau kamu tetep lanjutin hobi kamu yang ini, Ibu gak ridho.”
“Kalau kamu sayang Bapak, kamu harus jadi Dokter seperti cita-cita Bapak (yang gak kesampaian)”
“Kalau mau dapat ridho orang tua, kamu harus nikah sama pilihan orang tua”
“Kalau mau bikin ortu bangga, kerja tuh di tempat keren kayak dia bikin keluarga bangga.”
Anehnya, justru kita yang membuat rentetan syaratnya. Anehnya, justru kita yang tak menerima mereka apa adanya. Anehnya, malah kita yang tidak ridho pada mereka.
*Kecuali kalau syarat jadi anak sholeh wajib itu mah biar selamat dunia-akhirat.
Padahal mereka tidak pernah memilih dilahirkan oleh siapa. Tak pernah meminta ingin dibesarkan oleh orang tua mana.
Namun, kelak mereka bisa menggugatmu. Gugatan di hari akhir nanti, jika kamu tidak mengajarkan mereka mengenal Penciptanya. Jika kamu tidak menuntun mereka di jalan-Nya.
Namun, apapun kamu, siapapun kamu, bagaimana keadaanmu mereka selalu mendoakanmu, minimal dalam doa-doa setelah sholatnya. Bahkan, sekalipun kamu telah menjadi tulang-belulang doa-doa dari mereka yang sholeh terus mengalir padamu, menjadi amal jariyahmu.
Bu,Pak …
Tolong jangan berikan banyak syarat untuk membuktikan sayang mereka padamu. Mereka, pengagum rahasiamu yang menerima dirimu apa adanya yang akan lebih bahagia lagi jika kamu bisa menerima mereka apa adanya.
Tak perlu kamu bandingkan dengan anak lainnya, pengagum rahasiamu tak pernah membandingkan dirimu dengan siapapun. Mereka menerimamu tanpa syarat.
Tolong, terima mereka dengan ridhomu. Jangan mempersulit surga mereka, karena ridhomu adalah ridho Allah bagi mereka.
Jika ridhomu telah mereka dapatkan, hidupnya akan lebih mudah dan indah penuh barokah. Permudahlah surga bagi mereka~~~
By: @zarahsafeer
Boleh share